![]() |
Kendaraan rusak yang diberi tanda 'Pers' di lokasi serangan Israel yang menewaskan tiga wartawan dan melukai beberapa lainnya di Hasbaiyya di Lebanon selatan, 25 Oktober [Reuters] |
RSM TV ONLINE|Pembunuhan yang diduga disengaja terhadap tiga pekerja media dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pada hari Jumat telah memperbarui seruan untuk mengakhiri impunitas atas pelanggaran Israel.
Para pendukung mengatakan meningkatnya jumlah korban tewas jurnalis yang dibunuh oleh militer Israel dalam konflik yang meluas adalah akibat dari kegagalan masyarakat internasional – khususnya Amerika Serikat, pendukung utama Israel – untuk meminta pertanggungjawaban negara tersebut.
Pembunuhan pekerja media di Lebanon terjadi beberapa hari setelah Israel secara tidak berdasar menuduh beberapa jurnalis Al Jazeera di Gaza sebagai anggota kelompok bersenjata Palestina, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan mereka.
"Peristiwa beberapa hari terakhir ini mengkhawatirkan, dan seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah AS dan negara-negara lain yang memiliki kekuatan untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel dan menghentikan kekerasan ini," kata Rebecca Vincent, direktur kampanye di Reporters Without Borders (RSF),seperti dilansir dari Al-Jazeera (25/10).
Serangan mematikan hari Jumat di Lebanon menargetkan kompleks tempat beberapa wartawan dan pekerja media menginap – di daerah yang jauh dari pertempuran. Tidak ada peringatan sebelum serangan itu, yang menghancurkan beberapa bangunan dan membuat mobil-mobil bertanda "pers" tertutup puing-puing.
"Ini adalah pembunuhan, setelah pemantauan dan pelacakan, dengan perencanaan dan perencanaan sebelumnya, karena ada 18 wartawan yang hadir di lokasi yang mewakili tujuh lembaga media," tulis Menteri Informasi Lebanon Ziad Makary di media sosial.
Pembunuhan tersebut menambah salah satu catatan paling mematikan bagi jurnalis yang meliput konflik dalam beberapa tahun.
Setidaknya 128 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara puluhan ribu orang yang dibunuh Israel di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon selama setahun terakhir — waktu paling mematikan bagi jurnalis sejak Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mulai melacak pembunuhan tersebut lebih dari empat dekade lalu.
Seperti dilansir dari Al-Jazeera.Menurut pejabat Palestina, jumlah korban tewas bahkan lebih tinggi, di Gaza saja, 176 wartawan tewas.
"CPJ sangat marah atas serangan udara mematikan Israel lainnya terhadap jurnalis, kali ini menghantam kompleks yang menampung 18 anggota pers di Lebanon selatan," kata Direktur Program CPJ Carlos Martinez de la Serna.
“Menargetkan jurnalis secara sengaja merupakan kejahatan perang menurut hukum internasional. Serangan ini harus diselidiki secara independen dan para pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban.”Pungkasnya.
Posting Komentar